BANDUNG, SWARAWANITA.NET -
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah memiliki instrumen
penanganan kemiskinan yang tersegmentasi. Dinas Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan (Dinsosnangkis) Kota Bandung telah membagi kategori warga miskin ke
dalam empat desil atau batas.
Pada setiap desilnya memiliki cara penanganan yang berbeda-beda.
“Ada desil Sangat Miskin, Miskin, Rentan Miskin, dan Hampir
Miskin. Tiap-tiap itu penanganannya beda-beda, tidak bisa disamakan,” ungkap
Kepala Dinsosnangkis Kota Bandung, Tono Rusdiantono dalam Bandung Menjawab di
Taman Sejarah Balai Kota Bandung, Kamis (24/5/2018).
Tono megungkapkan, desil Sangat Miskin berarti warga tersebut
tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk berdaya sendiri. Ia tidak memiliki
kemampuan untuk berpenghasilan.
“Kategori ini solusinya adalah sumbangan. Karena dia sangat
tidak mampu untuk berusaha,” imbuh Tono.
Sedangkan desil Miskin dinilai masih memiliki kemampuan untuk
berusaha namun menghadapi berbagai keterbatasan.
“Kalau yang miskin, artinya masih punya kemampuan untuk
berusaha. Kita berikan mereka kail. Jangan sampai pemerintah menjerumuskan
warganya dengan membuat mereka menjadi malas. Itu yang bahaya,” tutur Tono.
Pada desil lainnya, ada beberapa program yang ditawarkan, mulai
dari pelatihan kerja, penyaluran kerja, hingga bantuan modal usaha. Seluruh
program tersebut diberikan dengan cuma-cuma dengan syarat yang relatif mudah.
“Hari ini, fokus seluruh program Pemkot Bandung pada
penanggulangan kemiskinan. Warga hanya tinggal punya kemauan, kita sediakan
semua fasilitasnya,” jelas Tono.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Tono mengungkapkan, di Kota Bandung tercatat ada 172 orang
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berada di jalanan. Mereka
tergolong pengemis dan anak jalanan yang kerap meresahkan masyarakat. Para PMKS
tersebut sebagian besar merupakan pendatang dari luar Kota Bandung.
Tono mengakui, meskipun telah menertibkan, para PMKS seolah
menjadi masalah yang tak kunjung usai. Hal itu karena mereka terus berdatangan
dari luar daerah. Oleh karena itu, Dinsosnangkis mengimbau, kepada warga maupun
wisatawan untuk tidak mendidik mereka terus menjadi pengemis.
“Saya memohon bantuan kepada masyarakat, khususnya wisatawan dan
juga masyarakat Kota Bandung. Bantu Pemkot Bandung dengan tidak memberikan
donasi kepada gelandangan pengemis yang ada di jalanan. Jangan memberikan
sumbangan atau barang kepada mereka yang tidak mempunyai izin,” tegas Tono.
Kendati sempat ditentang karena dinilai kurang manusiawi, namun
Tono yakin bahwa hal tersebut merupakan cara yang terbaik. Sebab jika para PMKS
tersebut terus diberi sumbangan, mereka akan terus mengemis.
“Itu justru tidak menyelesaikan masalah,” ujarnya.
Kepada para PMKS itu, Dinsosnangkis terus memberikan pembinaan
agar tidak lagi melakukan aktivitas mengemis di jalanan Kota Bandung. Selain
karena secara sosial merupakan perilaku kurang beradab, aktivitas itu juga
dapat mengganggu ketertiban dan kondusivitas.
“Kta terus berupaya mereka tidak kembali ke jalan. Kita lakukan
pembinaan edukasi terkait masalah kepribadian dan usaha. Sehingga mereka bisa
memperbaiki diri dan penghasilan untuk keluarganya,” ucap pria berkacamata itu. **Red
0 Komentar