BANDUNG.SWARAWANITA NET.-Ketua
Dekranasda Jawa Barat Atalia Praratya Kamil mengapresiasi 7000 orang
berpakaian batik berkumpul di Gedung Sate dan berhasil memecahkan rekor MURI
kategori "Kegiatan Sehari Dengan Berbusana Batik oleh Perempuan
Terbanyak", Pasalnya Atalia pun mengaku bangga,
sebab potensi kecintaan terhadap batik dari warga di Jawa Barat amat luar
biasa.
"Ini bentuk kecintaan kami terhadap budaya. Kami tidak rela warisan budaya kami ada yang mengambil, makanya upaya ini harus dilakukan. Mudah-mudahan ini jadi cara kami untuk belajar mencintai budaya sendiri," ungkap Atalia Praratya Kamil di Gedung Sate, Selasa (9/10/2018).
Atalia menyebut batik sebagai warisan budaya dunia, maka itu tentu sudah seharusnya batik dilestarikan dan dipertahankan. Bukan hanya oleh warga Jabar, tapi oleh seluruh Indonesia. Bahkan, Jawa Barat, kata Atalia, bakal berada digarda terdepan sebagai bagian dari bangsa Indonesia dalam menjaga warisan budaya dunia ini.
"Makanya saya sangat mengapresiasi terutama kepada pihak penyelenggaran. Apalagi hari ini acara serupa ada dua di Kota Bandung. Satu di sini, di Halaman Gedung Sate, yang kedua di Museum Sri Baduga," ujarnya.
Oleh sebab itu, berharap acara serupa bisa menjadi sebuah bentuk apresiasi dan kecintaan dari masyarakat terhadap pelestarian batik. Sebab, Atalia menyebut potensi batik dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat memang semakin bergeliat.
Terbukti, setiap wilayah di Jabar, kata dia, memiliki keunikannya masing-masing dalam khas corak, motif, hingga gaya batik. Oleh sebab itu, Atalia mengajak masyarakat untuk mendukung dan mendorong berbagai potensi tersebut. Terlebih, kata Atalia, potensi regenerasi pun harus terus dipupuk dari para pengrajin batik.
"Saya juga berharap teman-teman di luar dan para pelaku yang sudah lama berkecimpung bisa membuat regenerasi. Karena harapan kami pelestarian ini tidak hanya dilakukan saat ini, tapi juga terus berkembang sampai beranak cucu," sambungnya.
Meski begitu, Atalia pun tak menampik kesadaran pelestarian terhadap batik memang tengah melemah di kalangan generasi muda. Namun, Atalia meyakini jika semua bersinergi dan memupuk komitmen untuk menjaga warisan budaya itu, maka bukan tidak mungkin regenerasi para perajin bisa muncul dari para generasi muda.
"Semangat memupuk kesadaran di generasi muda ini memang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) kami, agar budaya ini tidak akan tergerus zaman," ujarnya
"Ini bentuk kecintaan kami terhadap budaya. Kami tidak rela warisan budaya kami ada yang mengambil, makanya upaya ini harus dilakukan. Mudah-mudahan ini jadi cara kami untuk belajar mencintai budaya sendiri," ungkap Atalia Praratya Kamil di Gedung Sate, Selasa (9/10/2018).
Atalia menyebut batik sebagai warisan budaya dunia, maka itu tentu sudah seharusnya batik dilestarikan dan dipertahankan. Bukan hanya oleh warga Jabar, tapi oleh seluruh Indonesia. Bahkan, Jawa Barat, kata Atalia, bakal berada digarda terdepan sebagai bagian dari bangsa Indonesia dalam menjaga warisan budaya dunia ini.
"Makanya saya sangat mengapresiasi terutama kepada pihak penyelenggaran. Apalagi hari ini acara serupa ada dua di Kota Bandung. Satu di sini, di Halaman Gedung Sate, yang kedua di Museum Sri Baduga," ujarnya.
Oleh sebab itu, berharap acara serupa bisa menjadi sebuah bentuk apresiasi dan kecintaan dari masyarakat terhadap pelestarian batik. Sebab, Atalia menyebut potensi batik dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat memang semakin bergeliat.
Terbukti, setiap wilayah di Jabar, kata dia, memiliki keunikannya masing-masing dalam khas corak, motif, hingga gaya batik. Oleh sebab itu, Atalia mengajak masyarakat untuk mendukung dan mendorong berbagai potensi tersebut. Terlebih, kata Atalia, potensi regenerasi pun harus terus dipupuk dari para pengrajin batik.
"Saya juga berharap teman-teman di luar dan para pelaku yang sudah lama berkecimpung bisa membuat regenerasi. Karena harapan kami pelestarian ini tidak hanya dilakukan saat ini, tapi juga terus berkembang sampai beranak cucu," sambungnya.
Meski begitu, Atalia pun tak menampik kesadaran pelestarian terhadap batik memang tengah melemah di kalangan generasi muda. Namun, Atalia meyakini jika semua bersinergi dan memupuk komitmen untuk menjaga warisan budaya itu, maka bukan tidak mungkin regenerasi para perajin bisa muncul dari para generasi muda.
"Semangat memupuk kesadaran di generasi muda ini memang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) kami, agar budaya ini tidak akan tergerus zaman," ujarnya
Saat menghadiri Pameran Kain
Nusantara dalam rangkaian acara Museum
Expo yang mengambil tema “Balut Ragam Adiwastra Nusantara “ di Museum Sri mBaduga Jl.BKR bandung Kota Bandung , Selasa (9/10/208). Pada Pagelaran
ini, 130 koleksi kain dipamerkan dari
250 250 koleksi dengan memperhatikan
nilai estetika, artistic, edukasi dan
kandungan nilai budaya dan nilai
sejarah.Acara yang berlangsung 9-23 Oktober 2018 dalam rangka menyambut Hari
Museum Indonesia 2018 . Atalia Praratya Kamil
menuturkan Pameran Kain Nusantara kita
bangga sebagai warga Indonesia memiliki
budaya yang luar biasa kain tadi ada
dari seluruh nusantara dari sabang sampai merauke . saya berharap ini
bisa menjadi media edukasi
sosialisasi bagi seluruh masyarakat
khususnya di wilayah sekitar jawa
barat untuk hadir dan menyaksikan bagaimana keindahan kain nusantara ini , harapan dengan terselengaranya pameran kain ini untuk
jawa barat sendiri ini sebagai inspirasi ini bisa menumbuhkan semangat bagi para pengrajin khusunya dan masyarakat lainnya untuk kemudian mereka menumbuhkan kreatifitas nya. Dan saya berharap mudah-mudahan dengan kegiatan ini
akan mendorong masyarakat untuk
berkarya menampilan karya terbaik nya
ujarnya.
0 Komentar