Bandung, Swarawanita.net – Kendati tidak secara langsung dilewati oleh Sungai Citarum, namun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tetap memperhatikan delapan sungai Sub DAS Citarum dan 46 cucu Sungai Citarum yang bermuara ke Sungai Citarum. Pemkot Bandung telah berkomitmen mendukung penuh program yang digagas pemerintah pusat tahun 2018 ini, apalagi dampaknya dirasakan langsung olehwarga.
Wali Kota Bandung, Oded M. Danial usai membuka Rapat Evaluasi Program Kerja Citarum Harum 2018 dan Sinkronisasi Program Kerja Citarum Harum 2019 di Kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Jalan Cianjur No. 34, Bandung, Selasa (22/1/2019). Rapat dihadiri Komandan Sektor (Dansektor) 22, Kol. Inf. Asep Rahman Taufik serta Kepala Dinas Pekerjaan umum (DPU) Kota Bandung, Arief Prasetya dan Perwakilan Teknis BPKP Provinsi Jawa Barat, Agus Praptama.
Oded mengatakan, progra, Citarum Harum tekah membawa perubahan positif bagi lingkungan di Kota Bandung. Saat ini kondisi sungai di Kota Bandung mulai membaik.
“Alhamdulillah berkat kerja sama yang sangat baik ini dengan semua elemen, sudah terlihat sungai di Kota Bandung yang akan mengalir ke Citarum sudah bersih. Walaupun masih belum maksimal,” tuturnya.
Oded mengaku sering menginspeksi jalur-jalur sungai di Kota Bandung. Sebelum ada program Citarum Harum, kondisinya cukup mengkhawatirkan, banyak sampah dan sedimentasi menumpuk di beberapa titik. Setelah Tim Citarum Harum bergerak dari hulu hingga ke hilir, saat ini kondisi sungai sudah jauh membaik.
“Harapan kami dengan semangat kita terus bersama-sama mengelola Citarum melalui sungai kita. Persoalan utama adalah sampah. Sebagai bukti bahwa kami punya perhatian khusus, sekarang kita punya program prioritas. Memang kita tidak boleh bosan untuk membangun kultur masyarakat,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, wali kota menyampaikan, persoalan lingkungan paling krusial yang tengah dihadapi Kota Bandung, adalah, masalah sampah. Setiap harus berhadapan dengan 1.500 ton sampah yang diproduksi Kota Bandung. Kendati begitu, 84,7% sampah sudah terangkut dengan baik dengan menelan biaya Rp160 miliar pertahun. Persentase tersebut cukup bagus jika dibandingkan kota/kabupaten lain di sekitarnya.
Mulai tahun ini Kota Bandung mencanangkan gerakan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) sebagai program unggulan di bidang lingkungan. Bagi wali kota, persoalan sampah merupakan bom waktu yang akan berbahaya jika tidak ditangani segera.
Sementara itu Komandan Sektor (Dansektor) 22, Kol. Inf. Asep Rahman Taufik mengatakan, selama satu tahun sebanyak 2.602 ton sampah yang dibersihkan dari sungai. Sektor 22 juga telah mengeruk 18.016 meter kubik sedimen dari sungai.
Pengangkutan dan pengerukan dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, Kodim 0618/BS, pemerintah pusat, dan masyarakat.
Asep mengungkapkan, di Sektor 22 juga dipasang 112 unit jaring sampah, juga tersedia 5 unit TPS baru, dan pembuatan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Upaya lain yang dilakukan adalah, melakukan penegakan hukum dengan melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) bagi pembuang sampah ke sungai dan menghukum dengan sidang Tindak Pidana Ringan (Tipiring) oleh Satpol PP Kota Bandung. Ada 58 orang dari 38 kasus yang ditangani oleh Satpol PP berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3).
Pengadaan fasilitas alat kebersihan juga dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung. Diantaranya memfasilitasi 200 troli sampah, 265 tempat sampah dengan swadaya masyarakat, dan 20 gerobak sampah sumbangan dari swasta. Sektor 22 juga telah mengeruk 18.016 meter kubik sedimen dari sungai. (redaksi)
0 Komentar