Dalam
rangka menyambut Hari Anak Nasional (HAN) 2020 Menteri Bintang
menyerahkan hampir 2.000 paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak
terdampak pandemi Covid-19 di 2 (dua) lokasi, yakni Bumi Perkemahan
(Buperta) Cibubur, Jakarta Timur sebanyak 700 paket dan TPST Bantar
Gebang, Bekasi sebanyak 1.000 paket. Sementara di Depok, Jawa Barat,
Sekretaris Kemen PPPA, Pribudiarta Nur Sitepu secara simbolis
menyerahkan sebanyak 228 paket. Selain wilayah Jakarta dan Jawa Barat,
penyerahan paket kebutuhan spesifik anak juga dilakukan serentak di
seluruh Indonesia.
“Dalam
rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2020, kami memberikan paket pemenuhan
kebutuhan spesifik anak terdampak pandemi Covid-19. Selain di tiga
titik, pembagian paket spesifik ini juga serentak dilakukan seluruh
Indonesia melalui Dinas PPPA di daerah,” ujar Menteri PPPA, Bintang
Puspayoga.
Menteri
Bintang menuturkan sasaran utama pemberian paket kebutuhan spesifik
ditujukan bagi kelompok rentan yang terdapat dalam satu keluarga dan
terdampak pandemi, terutama pada keluarga pra-sejahtera. "Dalam momentum
HAN, seluruh anak Indonesia harus turut merasakan kebahagiaan, termasuk
dalam hal pemenuhan gizinya. Untuk mewujudkan hal ini, kita semua harus
bergandengan tangan, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan
media, ” ujar Menteri Bintang usai melepas komunitas Off Road untuk
mendistribusikan paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak di Cibubur.
Penyerahan
paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak terdampak Covid-19 di Cibubur
diserahkan melalui Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang
terdiri dari anak yatim, anak dhuafa, dan anak pengupas kerang. Bantuan
juga disalurkan melalui Komunitas Off Road.
Koordinator
Komunitas Off Road, Johan Susmono mengatakan komunitas off road akan
mendistribusikan 400 paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak ke 5 (lima)
kabupaten di Jawa Barat. Mereka berusaha mendistribusikan paket
pemenuhan ini karena kepedulian terhadap isu stunting.
"Bayangkan,
pada kondisi normal saja cukup sulit untuk memenuhi asupan gizi anak,
apalagi di masa pandemi ini. Hal ini merupakan salah satu contoh sinergi
antara masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi gizi pada anak," tutur
Johan.
Usai
menyerahkan paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak terdampak pandemi
Covid-19 di Cibubur, Menteri Bintang kemudian menyerahkan paket yang
sama ke pemukiman di TPST Bantar Gebang, Bekasi. Bantuan langsung
diberikan Menteri PPPA kepada anak-anak pemulung yang bermukim di
sekitar TPST.
Menteri
Bintang menekankan jika setiap anak harus mendapat perhatian yang sama
dan komitmen pemerintah daerah juga sangat penting di dalamnya. Menteri
Bintang juga meminta agar seluruh stakeholder memberi perhatian yang
sama kepada seluruh anak dalam hal pemenuhan hak-hak anak, mulai dari
hak pendidikan, tumbuh kembang hingga perlindungan.
“Bagi
kami (pemerintah), semua anak akan mendapat perhatian yang sama.
Terkait pemberian bantuan ini, tentu kami akan memprioritaskan sasaran
kemana bantuan itu akan diberikan, salah satunya anak-anak di TPST
Bantar Gebang. Anak-anak di komunitas Bantar Gebang ini mengalami
kerentanan ganda, dari sisi ekonomi dan juga pendidikan, apalagi dari
sisi tumbuh kembang anak terutama kebutuhan makanan yang bergizi. Inilah
yang menjadi tanggung jawab kita bersama ,” tutur Menteri Bintang.
Permasalahan
yang dialami keluarga dan anak-anak di TPST Bantar Gebang pada
kenyataannya memang sangat kompleks. Hal ini dituturkan Pengurus Yayasan
Dinamika Indonesia, Ahmad Marzuki sebagai pengelola pendidikan bagi
anak-anak pemulung di TPST Bantar Gebang. Ahmad menjelaskan jika
berbagai hak anak, mulai dari pendidikan, identitas, dan kesehatan
anak-anak di pemukiman belum terpenuhi.
“Mayoritas penduduk ini adalah pendatang. Banyak diantaranya tidak memiliki kelengkapan berkas kependudukan dan akta kelahiran anak. Untuk pendidikan, sebagian besar anak bersekolah namun biasanya berhenti setelah lulus SMP karena kendala biaya dan akses transportasi ke sekolah. Mereka lebih memilih bekerja ikut orang tua mencari uang. Akses mereka ke layanan kesehatan juga cukup jauh. Jadi, memang upaya ini butuh perhatian bersama,” jelas Ahmad.
“Mayoritas penduduk ini adalah pendatang. Banyak diantaranya tidak memiliki kelengkapan berkas kependudukan dan akta kelahiran anak. Untuk pendidikan, sebagian besar anak bersekolah namun biasanya berhenti setelah lulus SMP karena kendala biaya dan akses transportasi ke sekolah. Mereka lebih memilih bekerja ikut orang tua mencari uang. Akses mereka ke layanan kesehatan juga cukup jauh. Jadi, memang upaya ini butuh perhatian bersama,” jelas Ahmad.
Sementara
itu di Depok, sebanyak 228 paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak
diberikan secara simbolis oleh Sekretaris Kemen PPPA, Pribudiarta Nur
Sitepu kepada salah satu koordinator penerima paket pemenuhan kebutuhan
spesifik anak, Arist Merdeka Sirait. Paket pemenuhan kebutuhan spesifik
diberikan bagi komunitas anak-anak pemulung, pengamen, dan ondel-ondel
jalanan.
“Selama
pandemi Covid-19, kami cukup sulit mendapatkan susu, biskuit, dan
sereal, karena masih banyak toko-toko kelontong di sekitar rumah yang
tutup. Saya merasa senang dan berterima kasih kepada Kemen PPPA yang
memberikan paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak kepada saya dan
teman-teman saya yang lainnya. Di Hari Anak Nasional kali ini, saya
berharap kekerasan terhadap anak semakin berkurang. Semoga para orang
tua dan masyarakat juga lebih peduli terhadap pendidikan dan
perlindungan terhadap anak," ujar salah satu anak penerima paket
pemenuhan kebutuhan spesifik anak, Ovi (13).
Penyerahan
paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak yang dilakukan serentak di
seluruh Indonesia ini mendapat dukungan dan partisipasi dari berbagai
pihak, mulai dari instansi pemerintah seperti Kementerian Sosial melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Kementerian Hukum dan HAM
melalui Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) hingga dunia usaha.
0 Komentar