JAKARTA.SWARAWANITA NET.-Industri
makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor manufaktur yang
masih mampu tumbuh positif pada triwulan II tahun 2020 setelah tertekan
berat akibat dampak pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS), pada triwulan II-2020, industri mamin tumbuh sebesar
0,22% secara tahunan (y-o-y).
“Pertumbuhan
positif sektor industri mamin ini merupakan momentum yang harus terus
dijaga dan juga ditingkatkan sehingga dapat konsisten memberikan
kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,” kata Direktur
Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Abdul
Rochim di Jakarta, Selasa (11/8).
Dirjen
Industri Agro menjelaskan, beberapa komoditas unggulan yang memacu
kinerja industri mamin tersebut, antara lain produk olahan ikan, mi, dan
kopi. “Selain itu, pertumbuhan sektor industri ini juga didukung oleh
peningkatan nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan minyak
inti kelapa sawit (PKO),” ungkapnya.
Menurut
Rochim, guna menjaga tren positif di sektor industri mamin, salah satu
langkah penting yang menjadi fokus utama dari Kemenperin adalah
mendorong ketersediaan bahan baku agar bisa mencukupi kebutuhan
produktivitas manufakturnya. Dalam hal ini, Kemenperin aktif
berkoordinasi dengan para stakeholder terkait baik di tingkat kementerian maupun pelaku industri agar bisa berjalan lancar.
“Bahkan,
kami telah bertemu dengan salah satu deputi di Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif untuk menjajaki kemungkinan penyelenggaraan suatu event
pada libur panjang nanti di akhir tahun untuk mendorong konsumsi
masyarakat sekaligus untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri
mamin di dalam negeri,” paparnya.
Lebih
lanjut, hal lain yang juga membantu sektor industri mamin tumbuh
positif adalah mulai dibukanya pusat perbelanjaan. Namun demikian,
pengelola dan pengunjung pusat perbelanjaan harus dapat mematuhi
penerapan protokol kesehatan. “Selain itu, di tengah kondisi pandemi,
masyarakat membeli cukup banyak beberapa produk makanan olahan melalui
online,” ujarnya.
Rochim
optimistis, kinerja industri mamin masih dapat tumbuh positif untuk
periode berikutnya. “Pertumbuhan positif ini tentu tergantung dari dua
hal penting, yaitu kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan yang kedua
adalah perkembangan dari pandemi Covid-19 yang diharapkan dapat segera
menurun dan hilang dari Indonesia. Apabila kedua hal ini tercapai, kami
memproyeksikan industri mamin dapat tumbuh sekitar 3% pada akhir tahun
2020,” tuturnya.
Pada
kesempatan terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
menegaskan, industri mamin menjadi salah satu sektor andalan penopang
pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Peran penting sektor
strategis ini terlihat dari kontribusinya yang konsisten dan signfikan
terhadap produk domestik bruto (PDB) industri nonmigas.
“Industri
mamin merupakan salah satu sektor yang memiliki demand tinggi ketika
pandemi Covid-19. Sebab, masyarakat perlu mengonsumsi asupan yang
bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuhnya dalam upaya menjaga
kesehatan,” terangnya.
Menperin
mengungkapkan, industri mamin juga sebagai sektor usaha yang
mendominasi di tanah air, terutama industri kecil menengah (IKM). Hal
ini yang menjadi tumpuan bagi berputarnya roda ekonomi nasional. “Sesuai
aspirasi pada peta jalan Making Indonesia 4.0, kami menargetkan
industri mamin akan mampu merajai di wilayah Asia Tenggara,” ujarnya.
Agus
menyebutkan, sudah banyak produk mamin produksi Indonesia digemari
konsumen mancanegara. “Misalnya, mi instan kita yang sangat diminati
oleh negara-negara di Afrika,” tuturnya. Kemenperin juga terus mendorong
perluasan pasar dan diversifikasi produk mamin yang berorientasi
ekspor.
Pada
semester I tahun 2020, industri mamin memberikan kontribusi paling
besar terhadap capaian nilai ekspor pada sektor manufaktur, dengan angka
menembus USD13,73 miliar. Sektor unggulan ini mampu menunjukkan
geliatnya menembus pasar internasional di tengah pandemi Covid-19.
0 Komentar