Resah dan Gelisah Wong Cilik
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Terjadi perbedaan pandangan wong Cilik dengan kaum elite dan Bangsawan untuk saat ini.
Jika membaca data ekonomi berdasarkan data eksport minerba, maka terlihat cerah dan terjadi peningkatan, ahli ekonomi dari negara luar pun melihat tidak ada masalah, pertumbuhan ekonomi yang bagus, tingkat inflasi aman. Sehingga jika dalam minggu minggu ini kita melihat di berbagai media,kaum elite dan bangsawan berkumpul dan bernyanyi, saling menghibur sesama kaum elite dan bangsawan, karena merasa posisi mereka aman sejahtera dan cerah masa depan mereka dan anak cucunya, politik dinasti dan nepotisme berhasil mereka bangun sementara mahasiswa dan Wong Cilik diliputi kecemasan dan ketakutan akan nasib masa depan mereka.
Sedihnya keresahan dan kegelisahan mahasiswa dan wong Cilik akan kondisi yang terjadi karena banyak perusahaan yang tutup dan banyak perusahaan yang PHK karyawan nya, kegelisahan karena daya beli yang turun, jalan yang berllobang sudah lama belum di perbaiki, tetapi sayang resah dan gelisah Wong Cilik dijawab dengan cara yang tidak simpatik, cenderung kasar oleh para petinggi seperti kata kata ndasmu, "Secara antropolinguistik, kata “endhasmu” (bahasa Jawa) mengekspresikan kejengkelan, kemarahan, sinisme, yang disertai perasaan tak hormat dan cenderung merendahkan, mengejek"
ada juga yang menyatakan Kau yang gelap, bukan Indonesia,” kata seorang petinggi negara lainnya, Sementara juga petinggi yang lainnya lagi ada yang bilang, “Silakan kabur, kalau perlu jangan kembali. "Sejarah juga menyediakan ruang belajar berbangsa dan bernegara. Tinggal mau belajar sisi gelapnya atau terangnya.
"Tesis “Indonesia Raya” dibangun di atas reruntuhan kejayaan Nusantara masa silam. Pramoedya Ananta Toer menuturkannya dengan sangat menarik di bukunya yang berjudul "Arus Balik". "Nusantara pernah gilang-gemilang. Tatkala menjadi kesatuan maritim di bawah Majapahit, kerajaan laut terbesar di bumi. “Terbesar pula kapal-kapalnya. Juga bandar-bandarnya,” tutur Pram.""Nusantara pernah gilang-gemilang. Tatkala menjadi kesatuan maritim di bawah Majapahit, kerajaan laut terbesar di bumi. “Terbesar pula kapal-kapalnya. Juga bandar-bandarnya,” tutur Pram.""Nusantara pernah gilang-gemilang. Tatkala menjadi kesatuan maritim di bawah Majapahit, kerajaan laut terbesar di bumi. “Terbesar pula kapal-kapalnya. Juga bandar-bandarnya,” tutur Pram
Tumapel mengajarkan kutukan Mpu Gandring. Keris bikinannya dikutuk akan merenggut nyawa Ken Arok sendiri dan turunannya, karena ambisi kekuasaan yang meluap-luap, pongah, dan penuh keculasan. Saat ini juga terjadi demi mendirikan politik dinasti, maka MK digunakan sebagai alat untuk memuluskan langkah putra Mahkota untuk menduduki posisi no 2 tertinggi. "Sungguh agung. Berisi kesadaran eksistensial sebuah komunitas kebangsaan yang bersatu dan berdaulat dengan jiwa merdeka.
Disadari pula tentang potensi objektif-subjektifnya. Juga ditegaskan tentang kejayaan dan kebahagiaan masa depan. Dengan lantang mereka menyebut “Indonesia Raya”.
0 Komentar