Penulisan sejarah ulang mungkinkah dapat obyektif
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Ada pepatah Tiongkok “不要追求完美,要追求持续的进步。”
“Bùyào zhuīqiú wánměi, yào zhuīqiú chíxù de jìnbù.artinya "Jangan mengejar kesempurnaan, kejarlah kemajuan yang konsisten.”
Ada rencana pemerintah untuk menulis ulang sejarah Indonesia, hal ini harus kita hargai, dan harus kita dukung. Tetapi dapat kah obyektif dalam menulis ulang sejarah bangsa. Hal ini harusnya didiskusikan dulu dengan para ilmuwan yang terdiri dari sejarawah dan prasejarawan, yang berkompeten sebelum disusun tentang topik pembahasan untuk menyusun sejarah Nusantara. "sejarah secara terminologi diartikan ada setelah ada manusia. Tetapi, sebagai disiplin ilmu, sejarah memiliki pendekatan dari sumber-sumber tulisan. "dan memiliki keterbatasan pada meneliti masa setelah mengenal tulisan.
Sedangkan prasejarah diartikan saat belum mengenal tulisan. Studi prasejarah pun memiliki metode dan pendekatan sendiri berupa pendekatan peninggalan budaya.
Harus mengadakan penelitian mendalam dan mempelajari semua sumber sejarah yang akan ditulis baik itu berdasarkan benda-benda peninggalan sejarah atau literatur yang tertulis.
Penulisan sejarah janganlah demi untuk menyanjung atau membersihkan nama nama penguasa yang mungkin masa lalunya memiliki catatan gelap di benak pikiran banyak orang, ceritakan yang sebenarnya bukan untuk membersihkan nama penguasa.
Karena selama ini sejarah untuk membersihkan dan mengangkat citra penguasa, tidak menceritakan peristiwa yang sebenarnya, bahkan kadang kala ada pemutar balikkan fakta sejarah demi keuntungan penguasa.
0 Komentar